Perubahan Barcelona di Tahun ke-117

Manusia, akan mengalami perubahan tiap berganti tahun, entah disadari atau tidak. Perubahan fisik, perilaku atau buah pikiran, yang terjadi demi menjawab keadaan lingkungan sekitarnya. Tidak heran jika kemudian ada pameo 'semakin tua seharusnya makin dewasa'.

'Semakin dewasa'? Bisa kah manusia bersikap 'dewasa' dengan usia yang makin bertambah? Mungkin dalam beberapa hal 'kedewasaan' itu ada, tapi di sisi lainnya sifat 'kekanak-kanakan' masih menempel dari semenjak dalam buaian hingga menuju liang lahat. Ya seperti kata anggapan orang, 'makin tua makin seperti anak kecil' bukan?

Tapi bagaimana jika sudah berusia 117 tahun? Yang pasti itu bukan umur manusia tertua yang akan kita bahas, tapi usia FC Barcelona yang jatuh pada 29 November 2016 ini.

Hampir serupa dengan manusia, Barcelona pun mengalami perubahan tiap tahunnya, entah para pemain, direksi, kebijakan, taktik atau lainnya.

Taktik? Ya, strategi. Pada musim ini Barca mengalami perubahan yang sangat mencolok jika dibandingkan dengan musim-musim sebelumnya, khususnya era Josep Guardiola, yang menjadi patokan kesuksesan Blaugrana pasca era kesuksesan alm. Johan Cruyff dahulu. 

Sudah ratusan atau bahkan ribuan artikel yang membahas tiki-taka yang diterapkan oleh Guardiola. Sampai-sampai anak SMP hingga para pengangguran, tahu ciri-ciri taktik yang membawa Barcelona menuju kesuksesan terbesar sepanjang sejarah klub, yaitu tim pertama di dunia yang bisa meraih sextuplete alias enam piala dalam satu tahun kalender. 

Taktik tiki-taka ini bahkan sampai (diakui atau tidak) diadopsi oleh tim-tim lain di dunia, dengan beberapa perubahan dan penyesuaian dengan komposisi pemain yang dimiliki. Bukankah tidak setiap klub memiliki pemain-pemain sekaliber Xavi Hernandez, Sergio Busquets, Lionel Messi dan Andres Iniesta secara komplet dalam satu tim?

Tapi dengan mundurnya Guardiola, kesuksesan yang pernah ditorehkannya menjadi hantu yang menakutkan bagi pelatih-pelatih setelahnya. Tengok saja Tata Martino yang harus dikritik habis-habisan di Camp Nou dan lembaran-lembaran surat kabar di Spanyol. Tiki-taka ala Guardiola adalah sebuah kepastian dan akan menjadi blasphemy* andai memungkirinya.

MSN


Betulkan? Apakah kritikan tersebut hanya diarahkan kepada Tata Martino yang bukan berasal dari keluarga besar Barcelona? Bagaimana dengan Luis Enrique? Apakah Luis Enrique menerapkannya? 

Enrique bisa disebut sebagai pelatih yang sempat memiliki inkonsistensi yang tinggi. Masih ingat berapa kali eks pelatih AS Roma dan Celta Vigo itu mengubah susunan pemain di tiap laganya? Sampai 18 kali di awal musim lalu, sampai akhirnya terjadi insiden 'perang dingin' antara Messi dan Neymar'.

Namun hal tersebut berubah ketika Luis Suarez bisa bermain sepak bola kembali pasca terkena hukuman FIFA karena menggigit Giorgio Chielini. Trio Messi, Neymar dan Suarez menjadi tiga pemain yang selalu diturunkan.

Sangat wajar jika Enrique tergantung kepada tiga pemain depan kelas dunia itu. Bagaimana tidak, di musim ini ketiganya sudah membukukan 21 gol di Liga Spanyol dan 13 gol di Liga Champions. Sedangkan pada musim lalu total 108 gol dibuat oleh trio MSN di Liga Spanyol dan Liga Champions. Luar biasa! 

Di awal musim ini Enrique mencoba membagi beban trio superstar itu dengan membeli Paco Alcacer yang bermain sebagai striker seharga Rp 430 miliar dari Valencia CF. Sebagai gantinya, Munir El Haddadi dilepas ke Los Che dengan status pemain pinjaman selama semusim penuh karena pemain keturunan Maroko ini lebih dominan sebagai winger.

Sayang beribu sayang, Alcacer belum jua memberikan daya magisnya dalam tujuh laga liga. Belum, bukan berarti tidak akan pernah. Jadi dibutuhkan kesabaran.

Busi Padam

Pada pertandingan melawan Real Sociedad kemarin menjadi pernyataan tegas atas perubahan permainan Barcelona yang diucapkan oleh Eusebio Sactrisan, eks pelatih tim B Barca yang dipecat dengan tidak hormat dulu. 

Bagi Eusebio, Blaugrana musim ini mengalami perubahan dalam permainan sehingga bisa dengan mudah dipatahkan. Ia pun yakin bukan hanya Sociedad yang bisa dengan mudah menahan imbang Barca nantinya. 

"Barcelona sudah bermain dengan cara tertentu sejak lama. Mereka dulu mendominasi jalannya pertandingan dan memegang kontrol. Tapi memang benar mereka beradaptasi dengan karakteristik beberapa pemainnya," ujar Eusebio.

"Mereka memiliki pemain-pemain kunci di lini depan dan mereka yakin bahwa dengan memberikan kontrol kepada lawan, mereka akan tetap berbahaya." 

"Barcelona telah memasuki era perubahan dengan tidak menguasai bola seperti sebelumnya dan lebih bertumpu pada serangan balik."

"Akan tetapi ketika mereka menerapkan cara itu, Barca akan bertemu tim-tim seperti kami, yang sangat terorganisir dan tidak memberikan banyak bola. Jika setiap pemain mereka tidak berkomitmen pada pertahanan, maka mereka akan kesulitan." 

Ucapan Eusebio ini ada benarnya, setidaknya bagi penulis. Dalam beberapa pertandingan sosok Busquets yang biasanya menjadi 'nyawa' Barca, tidak mendapatkan peranan yang lebih. Jika Enrique mengurangi kontrol pada Busi maka bisa diyakini Azulgrana akan bermain lebih direct alias umpan lob ke lini depan langsung.

Ketika Busquests diberi tugas yang 'sesuai' dengan perannya, maka kita akan menyaksikan umpan-umpan pendek yang menjadi ciri khas Barcelona sejak dipegang Pep. Tapi tidak begitu di kepelatihan Enrique. Menurut statistik, peran Busquets menurun tiap musimnya sejak tiga tahun lalu.

Mungkin penurunan tersebut tidak terlalu besar tapi imbasnya sangat besar sebab dengan permainan umpan-umpan langsung maka Busquets tidak akan memiliki rekan di sekelilingnya. Itu sebabnya kemarin Manchester City mematikan peran Busquets yang terekspos tanpa dukungan rekan-rekannya. Hasilnya? Sudah bisa dilihat bagaimana Barca kesulitan untuk mengembangkan permainan dan kalah di Etihad.



Bukan jumlah operan yang menurun, tapi ia pun kian sedikit menerima bola. Ketika melawan Celta Vigo, ia hanya menerima 60 sentuhan bola.

Sialnya lagi, ketika Enrique mencoba membanjiri lini tengah dengan para gelandang agar bisa menguasi jalannya permainan, keadaan malah tidak berjalan seusai harapan. Kedatangan Denis Suarez dan Andre Gomes untuk membantu Andres Iniesta, Ivan Rakitic, Arda Turan dan Sergio Busquets tidak berarti banyak. Begitu pun dengan skema 4-3-3 dimana Sergi Roberto berperan sebagai wide midfielder atau wing back pun masih tidak memberikan traksi di lini tengah.

Ada satu hal yang tidak berubah dari skuat FC Barcelona saat ini, yaitu masih kerap naiknya Gerard Pique ke area pertahanan lawan jika lini depan Barca mengalami kebuntuan.

Hal ini tentu berbanding terbalik dan aneh, sebab jika Lucho memang mengandalkan trio MSN, lalu untuk apa Pique naik ke area lawan untuk mencetak gol? Bukankah itu artinya Enrique mengkhianati sistemnya sendiri dengan memakai sistem yang ingin (sudah?) ditinggalkan oleh Barca era Guardiola?

Alcacer pun didatangkan untuk menjadi pelapis dari salah satu trio MSN, bukan menjadi rencana cadangan. Itu artinya Alcacer tidak akan mungkin dimainkan jika MSN mengalami kebuntuan, sebab pemain muda ini belum bisa mengubah jalannya pertandingan, seperti striker cadangan yang pernah dulu ada di Barca, seperti Henrik Larsson.

Mungkin Pique bisa mencetak gol melalui sundulan. Tidak masalah, tapi sampai kapan mau begitu terus? Idriss Kameni pun sudah faham bahwa jika Pique maju kedepan, itu artinya Barcelona mengalami kebuntuan.

Rakuten


Sementara itu di luar lapangan perubahan terjadi dengan penandatanganan kontrak dengan Rakuten. Artinya Barca tidak lagi harus terpaksa menerima uang yang disodorkan QSI pada musim panas lalu sekitar Rp 430 miliar untuk satu musim kompetisi karena belum mendapatkan sponsor baru. 

Kontrak dengan Rakuten ini menjadikan Barca sebagai klub dengan pemasukan terbesar dari sisi sponsor dengan meraup Rp 739 miliar pertahunnya, mengalahkan Manchester United dengan Chevrolet yang berkisar Rp 725 miliar.

Jangan pernah berkata bahwa uang yang diterima Barca dari Rakuten menjadi laga klub. Jangan. Sebab tingginya pemasukan pun berbanding lurus dengan besarnya pembayaran gaji pemain. Artinya kontrak dengan Rakuten sudah menjadi kewajiban bagi Barcelona agar bisa menjadi klub yang kompetitif. 

Total gaji para pemain klub asal Katalunya pada musim panas kemarin sekitar Rp 5,6 triliun atau turun dari musim sebelumnya yang berada di angka Rp 6 triliun yang termasuk bonus juara. Jumlah tersebut tentu saja akan bertambah dengan pembaharuan-pembaharuan kontrak pemain saat ini dan belum termasuk bonus juara.

Di ulang tahunnya yang ke-117, FC Barcelona kembali berubah demi menjawab tantangan yang dunia dewasa ini. Pertanyaannya: apakah perubahan tersebut bisa membawa hasil yang positif atau malah menjadi kiasan karena gagal memenuhi lemari trofi dengan piala baru? Kita lihat akhir musim nanti. 

Selamat ulang tahun, FC Barcelona. Semoga kedepannya bisa lebih baik lagi.


*) blasphemy: penistaan terhadap simbol adat istiadat, kepercayaan atau Tuhan.



PRIMER EL BARCA!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar